Published 26 April 2024

Shutterstock - Kenapa Konten Kena Reject Karena Noise / Artifacts?

Konten Premium PRO!

Silakan berlangganan PRO untuk dapat mengakses konten premium.

Jadi Member
Table of Contents

    Halo, teman-teman Microstocker.id! Apa konten kamu pernah ditolak oleh Shutterstock karena beberapa alasan yang kalian sendiri nggak tahu itu apa? Kamu bisa pelajari tentang permasalahan tentang submit content dan rejection di video-video modul yang ada di microstocker.id, lho! Yuk, pelajari alasan kenapa kontenmu kena reject karena alasan noise / artifacts di artikel ini!

    Konten yang kamu upload ke Shutterstock mungkin ditolak karena masalah Noise / Artifacts. Kaya gimana, sih, itu? Nah, biasanya ditolak karena ada beberapa hal seperti:

    • Noise (bintik warna / garis-garis warna / blotch warna)

    Noise muncul dalam bentuk titik-titik kecil dan bintik warna-warni pada foto, terutama terlihat pada gambar yang dihasilkan dalam kondisi cahaya redup. Jadi, nanti bakal kaya ada semut digital gitu di kontennya.

     

    • Film Grain (bintik-bintik kecil)

    Film grain ini adalah partikel perak metalik yang terlihat dalam film analog. Mirip-mirip kaya film jadul lah!

     

    • Kompresi Artifacts / Macroblocks (gambar pecah-pecah)

    Artifacts berbentuk persegi bergerigi, mirip seperti waktu kamu kompres file gambar terlalu kecil, jadi kualitasnya buruk.

     

    • Pixelation (kotak-kotak kecil)

    Biasanya terjadi kalau gambar atau video kualitas rendah dipaksa jadi kualitas tinggi.

     

    • Posterisasi / Banding (warna yang kurang smooth)

    Perubahan warna secara tiba-tiba yang tampak sebagai garis melintang pada gambar. Gradasi warna yang seharusnya halus jadi blocky gitu.

     

    Dari kelima masalah di atas tadi, microstocker.id ada rekomendasi step apa yang bisa kamu lakukan buat memperbaiki itu.

    • Shoot pakai pengaturan kamera ISO atau kecepatan film serendah mungkin. Nilai ISO yang lebih tinggi seperti ISO 800, ISO 1600, dan ISO 3200 bisa membuat noise digital atau film grain.
    • Shoot pakai DSLR, bukan kamera point-and-shoot. Kamera point-and-shoot punya sensor lebih kecil yang biasanya menghasilkan lebih banyak noise.
    • Noise bisa dikurangi setelah fase produksi, tapi pengurangan noise yang berlebihan bisa bikin detail bagian pinggirnya hilang. Jadi, gunakanlah secukupnya dan hanya pada area yang diperlukan.
    • Buat mencegah kompresi artifacts, potret dalam format RAW dan pakai teknik post-production yang non-destruktif waktu ngedit. Kalau memotret langsung ke JPEG, gunakan pengaturan kualitas gambar paling tinggi pada kamera (JPEG Fine, misalnya).
    • Kompres footage-mu sesedikit mungkin, usahakan 4 GB atau kurang.
    • Submit footage-mu dalam format pengambilannya, nggak perlu mengubah atau naikin resolusi konten.
    • Cek gambarmu pakai zoom 100% untuk mencari tanda-tanda kompresi artifacts, color banding, atau masalah noise/film grain yang berlebihan. Kalau kamu ketemu salah satu masalah ini, alangkah baiknya diperbaiki dulu sebelum upload ke Shutterstock (misalnya memotret ulang menggunakan pengaturan kamera yang berbeda atau mencoba memperbaiki masalah tersebut di post-production). Hal ini bisa naikin peluang kontemu diterima karena konten berkualitas tinggi dan secara teknis bagus.
    • Jangan memperbesar atau meregangkan gambar JPEG melebihi ukuran aslinya.

     

    Udah cukup jelas, ‘kan, sekarang? Pasti kalian udah ready dong mau berburu foto dan footage yang lebih keren lagi dan tentunya berkualitas tinggi. Kalau masih ada pertanyaan, langsung tinggalkan komentar aja di bawah, ya!

    Shutterstock
    microstock
    Bagikan
    0 Suka


    Dapatkan banyak keuntungan!

    Buat akun pada website microstoker.id dan dapatkan banyak keuntungan dan fasilitas.

    Daftar Akun

    Hubungi Kami