Published 13 Agustus 2025

Tutorial Bikin Foto yang Disukai Buyer

Konten Premium PRO!

Silakan berlangganan PRO untuk dapat mengakses konten premium.

Jadi Member
Table of Contents

    Halo, temen-temen! Mungkin kamu pernah bingung dan pusing gimana caranya supaya konten di platform microstock cepat laku. Di artikel kali ini, kita akan bahas secara singkat tentang cara membuat konten yang bisa disukai oleh pelanggan. Kamu bisa juga dapat tips serupa di video materi microstocker.id atau lewat buku Microstock Mastery. Yuk, intip beberapa tips di bawah ini!

     

    Sebagai seorang kontributor, penting banget buat kita tahu caranya mengubah hobi jadi bisnis dengan memenuhi kebutuhan pelanggan secara bermakna. Ini artinya, foto-foto kita harus sesuai sama permintaan pasar dan mencerminkan apa yang pelanggan cari di internet. Ini termasuk: Fokus pada keaslian atau autentisitas dan memahami fotografi niche.

     

    Cara Bikin Foto yang Asli (Authentic)

    Stock photography yang asli itu adalah seni menangkap gambar yang terlihat spontan dan nyata. Style foto autentik ini beda dari style stock tradisional yang pakai pose model dan pencahayaan buatan. Style ini lebih menekankan pada cahaya alami, situasi “kehidupan nyata”, dan penataan yang natural.

    Hal-hal yang Perlu Dihindari:

    • Subjek yang terlalu banyak pose, diatur, atau sudah klise (sering banget dilihat).
    • Ekspresi wajah yang tidak alami atau dipaksakan.
    • Pencahayaan yang tampak jelas-jelas buatan.
    • Adegan dan skenario yang tidak akan kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

    Pakai Cahaya Alami

    Cahaya alami bisa membantu orang lain merasa terhubung dengan gambar kita dan bisa menjadi cara yang bagus untuk membuat foto yang autentik. Memotret dengan pencahayaan alami butuh perencanaan yang matang, karena perlu meluangkan waktu untuk mempertimbangkan durasi dalam sehari dan kondisi cuaca agar mendapatkan hasil terbaik.

    Tangkap Momennya

    Foto yang autentik itu kelihatan spontan, meskipun sebenarnya diatur. Jadi, harus tidak terasa kalau gambar itu direncanakan dengan sempurna, tapi lebih seperti diambil di waktu yang pas banget dan kita jadi saksi momen spesial itu.

    Shallow Depth of Field

    Meskipun ada yang mengira shallow depth of field itu cuma tren sesaat, seringkali ini jadi ciri khas foto yang asli. Pakai shallow depth of field bisa bikin foto terasa tiga dimensi, dan meniru penglihatan manusia.

    Cara ini menarik perhatian ke titik fokus dan membangun perasaan lokasi serta kehadiran fisik selama momen yang terekam itu.

    Abadikan Orang Sungguhan dan Ekspresi Asli Mereka

    Ekspresi wajah bisa membuat atau justru menghancurkan keaslian foto, dan apapun yang terasa dipaksakan atau tidak alami kemungkinan besar tidak akan laku. Kenapa? Karena semakin banyak pelanggan mencari foto yang menunjukkan orang-orang nyata serta sesuai dengan subjek dan skenario.

    Coba Perspektif Baru

    Coba, deh, tinjau ulang konsep atau tema yang sudah terlalu sering dipakai dan diatur sampai mati dengan perspektif yang baru. Mungkin bisa juga mengembalikan konsep dan tema tersebut ke bentuknya yang paling sederhana atau paling alami.

    Pakai Foto Asli

    Salah satu cara gampang buat tahu kalau suatu foto itu tidak autentik adalah kalau itu bukan foto beneran! Ingat lagi bahwa pelanggan mencari foto asli yang mudah ditemukan, jadi gambar yang aslinya dari grafik vektor atau ilustrasi biasanya tidak akan diterima.

    Permasalahannya, beberapa subjek dan lingkungan itu sulit atau bahkan tidak mungkin ditangkap di kehidupan nyata. Nah, karena itulah, ada pengecualian untuk 3D Renders, photo manipulations, dan digital composites yang sangat realistis, bisa dipercaya, dan menunjukkan konsep yang jelas serta nilai unik.

     

    Memahami Fotografi Niche

    Kadang susah ya, menentukan materi apa yang mau difoto dan dimana harus fokus supaya punya peluang terbaik agar laris di komersial. Kabar baiknya, pelanggan mencari berbagai macam foto dengan tema yang sangat luas dan beragam. Jadi, kemungkinan besar ada seseorang di luar sana yang mencari apa yang kita foto.

    Cream of the Crop

    Meskipun pasti ada kebutuhan yang luas untuk semua jenis foto, masih ada beberapa area dan aspek yang cenderung lebih menonjol dari yang lain.

    • Teknologi
    • Korporat & Bisnis
    • Keluarga, Lifestyle, Fashion
    • Arsitektur, Alam & Travel
    • Pendidikan, Kesehatan & Medis
    • Makanan

    Mainkan Kekuatan Kita (dan Sumber Daya yang Ada)

    Walaupun kelihatan menarik buat mengerjakan tema apa yang paling populer, ada baiknya kamu tetap fokus pada apa yang paling dikuasai dan apa yang bikin foto-fotomu unik.

    Ingat ya, kekuatan kita itu bukan cuma skill atau pengalaman, tapi juga lokasi fisik, koneksi, hubungan, dan sumber daya yang tersedia. Manfaatkan subjek atau latar yang mungkin lebih mudah kita akses daripada kebanyakan fotografer lain. Misalnya, kalau sepupu kita seorang tukang kayu atau adik ipar teman dekat kita punya perusahaan katering, kita bisa menonjolkan subjek-subjek khusus itu secara lebih mendalam.

    Diversifikasi

    Kamu bisa membangun portofolio yang luas di berbagai area subjek. Namun, ada juga banyak keragaman yang bisa dijelajahi dalam satu genre tertentu. Jadi, kalau sudah siap menjelajahi sesuatu yang baru, kita bisa coba melihat ke dalam diri sendiri dan keluar.

    Misalnya, kalau kamu jago fotografi makanan dengan portofolio masakan yang selalu disiapkan dan disajikan dengan sempurna, mungkin selanjutnya bisa beralih ke asal mula makanan itu dan menyelami tema pertanian. Atau bisa juga berusaha melakukan diversifikasi dengan menangkap hidangan dan gaya memasak dari berbagai budaya di seluruh dunia. Punya portofolio yang terdiversifikasi biasanya akan meningkatkan peluang sukses, tapi harus tetap memastikan diversifikasi tersebut punya struktur dan tujuan yang nyata.

    Photoshoots

    Seiring dengan bertambahnya kebutuhan pelanggan dan digital project yang makin besar serta kompleks, makin banyak pelanggan mencari foto atau koleksi foto yang konsisten (misalnya, di beberapa web banner atau seluruh kampanye pemasaran). Bisa memilih dari berbagai foto dari photoshoot yang sama adalah cara mudah untuk memberikan pelanggan konsistensi dan fleksibilitas yang mereka butuhkan, tanpa perlu banyak waktu atau usaha tambahan dari pihak kita.

    Namun, pelanggan juga ingin menemukan apa yang mereka cari dengan cepat. Meskipun dengan browsing photoshoot bisa membantu, pelanggan tetap harus menggali di tumpukan gambar dalam satu photoshoot. **Apalagi kalau banyak gambar yang hampir sama atau kualitasnya campur aduk.

    Jadi, jangan lupa juga untuk mengkurasi gambar sebelum di-submit, ya!

    Penting diingat:

    Variasi dari foto yang cuma dibalik, diputar, dipotong (cropped), atau diproses beda sebaiknya di-submit. ****Mengirim foto atau variasi yang terlalu mirip bakal dianggap spamming, dan foto, hak upload, atau akun kita bisa di-suspend. Paling parahnya bisa di-banned!

    Untuk beberapa alasan banned, kamu bisa cek di modul atau artikel lain yang ada di microstocker.id, ya.

    Copy Space

    Seringkali foto kita perlu digabungkan dengan teks dan elemen lain agar bisa dipakai sebagai bagian dari desain visual yang lebih besar, entah itu iklan, kemasan produk, header website, atau apapun. Foto yang menyisakan ruang kosong untuk teks tambahan (alias "copy space") akan memberikan nilai lebih dan kemudahan penggunaan buat pelanggan. Copy space ini nggak selalu wajib, ya, teman-teman! Kalau subjek dan latar fotonya memungkinkan, kamu boleh mempertimbangkan buat mengambil beberapa shoot dengan copy space.

    Yang harus kalian perhatikan adalah hindari over-cropping foto dari sudut pandang artistik. Kalau ragu, bisa coba memotret ke sisi yang lebih lebar buat menyisakan copy space. Kalau gambar diisolasi di latar belakang putih, hal sebaliknya akan direkomendasikan karena ruang negatif dapat dengan mudah ditambahkan jika diperlukan.

    Kustomisasi

    Kalau kita coba berpikir dari sudut pandang pembeli atau desainer yang akan beli foto kita, ada baiknya mempertimbangkan cara lain untuk mengedit, memanipulasi, memproses, atau menggabungkan foto dengan elemen visual lainnya. Kamu mungkin tergoda untuk menambahkan teks atau gambar sendiri di atasnya untuk menyempurnakan konsep, tetapi sebaiknya upload foto asli agar klien dapat dengan mudah menggabungkan ke dalam desain mereka sendiri.

    Kalau merasa fotomu akan jauh lebih menarik dengan tambahan teks atau grafis, dan kamu memiliki kemampuan desain yang mumpuni, pertimbangkan untuk membuat template grafis atau mock-up yang dapat dikustomisasi. Daripada mencoba menebak dan menciptakan segala kemungkinan kombinasi teks, font, skema warna, dan grafis, lalu upload sebagai lusinan gambar statis, kamu bisa membuat satu template siap pakai dengan lapisan yang dapat diedit dan smart object yang akan memberikan pilihan dan fleksibilitas kepada pembeli.

    Nah, untuk gambar yang sudah diedit sedemikian mungkin menjadi isolated, coba pertimbangkan juga untuk submit sebagai objek terpisah, atau membiarkan clipping path tetap utuh di dalam file JPEG asli. Bisa juga disiapkan sebagai elemen transparan dalam format PNG, lho.

    Color Filters

    Tren itu datang dan pergi. Penting buat menghindari pemrosesan yang terlalu berlebihan, karena apa yang mungkin terlihat sangat trendy saat ini bisa jadi tidak akan begitu trendy tahun depan. Boleh kok pakai color filters buat kasih sentuhan pribadi pada foto, atau untuk menyampaikan gaya atau mood tertentu. Tapi gambar yang diproses agar terlihat lebih natural cenderung bertahan lebih lama dan kemungkinan besar akan menemukan audiens yang lebih besar dalam jangka panjang.

    Penting:

    Jangan mengirimkan beberapa versi dari foto yang sama hanya dengan color filters yang berbeda. Ini akan dianggap terlalu mirip dan berpotensi spamming.

    Saturasi dan Persaingan

    Kita nggak lagi bicara soal membuat warna foto lebih cerah dan hidup, melainkan fakta bahwa banyak subjek yang sudah diproduksi berlebihan dan oversaturated di stock photography. Saat memilih foto apa yang mau diambil dan di-submit, penting buat mempertimbangkan faktor persaingan dan foto serupa lainnya yang mungkin sudah tersedia.

    Biasanya, semakin umum subjeknya, maka semakin selektif platform microstock dalam review. Belum lagi hal itu bisa menjadi tantangan lebih untuk menarik perhatian pembeli. Untuk subjek yang lebih saturated di sini, kita harus memastikan foto itu bisa menonjol dari keramaian. Tipsnya, kamu bisa mencari di marketplace untuk lihat jenis foto apa yang mungkin stoknya lebih sedikit dan tidak terlalu saturated, serta perhatikan persaingan dan apa yang mungkin bikin foto kita unik.

     

    Kurang lebih itu beberapa tips untuk kamu yang tertarik menjadi kontributor konten komersial. Kamu bisa juga belajar lebih lanjut tentang konten komersial lewat microstocker.id. Kalau masih ada pertanyaan, langsung drop aja pertanyaan kamu di kolom komentar, ya! Semangat berkarya!

    tutorial
    photo
    stock
    Bagikan
    0 Suka


    Dapatkan banyak keuntungan!

    Buat akun pada website microstoker.id dan dapatkan banyak keuntungan dan fasilitas.

    Daftar Akun

    Hubungi Kami